KEPUTUSASAAN
Seiringnya Nada hembusan angin malam
Yang menjadikan Saksi bisu dalam perjalanan
Perasaan gunda semakin menyayat jiwa, langka
Tiada arah,
HNN
Yang menjadikan Saksi bisu dalam perjalanan
Perasaan gunda semakin menyayat jiwa, langka
Tiada arah,
HNN
100ribu ia 100 ribu aku melangkahkan kaki demi tujuanku untuk terus meraih sebuah mimpi, menuju perkotaan malang bukan hal yang jauh, bahkan bisa diterima ditiap sekolah yang saya coba untuk interview test kemampuan, banyak calon calon siswa terheran heran melihat nilaiku bahkan tanpa ada nya wali murid bersamaku aku dengan tenang menghadapi semua, calon siswa siswi baru banyak org tua mereka yang kelihatan cemas penuh pengharapan.
Namun tidak bagiku Karena aku hanya mencoba to hasilnya
Akan kecewa meskipun dibidang ipa aku bisa menyelesaikan soal 100 pertayaan hanya selesaikan dalam hitungan 10 menit saja saya tidak pernah Heran Sama sekali,
Namun tidak bagiku Karena aku hanya mencoba to hasilnya
Akan kecewa meskipun dibidang ipa aku bisa menyelesaikan soal 100 pertayaan hanya selesaikan dalam hitungan 10 menit saja saya tidak pernah Heran Sama sekali,
Diatiap tiap sekolah mempunya nilai masing masing namun
Bagiku hanya sebuah ilustrasi, aku memohon kepada kepala sekolahpun tidak Ada yang penduli, Hingga aku menawarkan menjadi seorang pekerja tanpa harus dibayar, tidak seorangpun peduli akhirnya aku tetap masuk ke SMA darul ulum agung kec: kedung kandang disana masih relative murah biayanya swasta, aku dibantu oleh siswi dari Jawa barat bernama ismawati, dia mengajakku tetap sekolah dan disampaikan kepada kepala sekolah agar bisa menerimaku meskipun pendaftaran sudah ditutup.
Bagiku hanya sebuah ilustrasi, aku memohon kepada kepala sekolahpun tidak Ada yang penduli, Hingga aku menawarkan menjadi seorang pekerja tanpa harus dibayar, tidak seorangpun peduli akhirnya aku tetap masuk ke SMA darul ulum agung kec: kedung kandang disana masih relative murah biayanya swasta, aku dibantu oleh siswi dari Jawa barat bernama ismawati, dia mengajakku tetap sekolah dan disampaikan kepada kepala sekolah agar bisa menerimaku meskipun pendaftaran sudah ditutup.
Selepas Jam sekolah aku mencari kerjaan dari tukang antar katering hingga jadi tukang setrika ditiap tiap rumah orang kaya,namun kini peraturan disekolah sudah berubah kepala sekolahpun sudah berganti, maka tidak ada lagi free cost aku harus bayar semua adminitrasi, beli buku buku yg begitu mahal, entah harus bagaimana ujian nasionalpun udah diujung pena aku hanya bisa menangis dan merintih, pada siapa aku harus mengadu setiap siswa harus sudah melunasi semua adminitrasi sehingga bisa mengikuti ujian national. Sedangkan aku banyak pinjam kesana Kemari untuk biaya kebutuhan sekolah kerjaan yang bisa ku dapat tidak setiap hari ada, akhirnya aku ada dalam kegagalan aku menangis aku lunglai seperti tak bertulang lagi, aku hanya diam dan menangis dalam kamar kos selama berhari hari bahkan kesedihanku tak kunjung larut, rasa ini penuh dengan keputus Asaan inikah hidupku inikah kemampuanku aku bergumam,
Dua tahun sudah aku hidup tanpa arah yang jelas, aku jatuh sakit berbulan bulan aku tak mampu untuk bayar uang kos akhirnya aku pergi sebelum jatuh tempo pembayaran,
Aku jalan mengikuti arah kaki menyusuri selokan selokan air ledeng, disana aku bermalam dan pada suatu pagi aku ke terminal besar Gadang, aku mencoba menawarkan diri sebagai pengantar tahu kewarung2 yang hanya dapat upah 5 Ribu, hatiku rasanya mulai hidup kembali,
Aku jalan mengikuti arah kaki menyusuri selokan selokan air ledeng, disana aku bermalam dan pada suatu pagi aku ke terminal besar Gadang, aku mencoba menawarkan diri sebagai pengantar tahu kewarung2 yang hanya dapat upah 5 Ribu, hatiku rasanya mulai hidup kembali,
Namun hati yang terdalam semakin tersiksa mengingat kegagalan beberapa bulan yang lalu, haruskah aku menyalahkan orang orang kaya atau orang yg tidak peduli.
Dengan orang miskin, orang yang lemah, tidak! Aku tidak boleh berfikir tentang itu, andaikan saja aku pandai bekerja pasti aku bisa membayar biaya ujian national itu yg jumlah seluruhnya hanya 370 ribu, uang itu sangat banyak bagiku,
Namun aku tidak bisa menyalakan siapapun kecuali
Harus sabar jika ini adalah hidupku. Dari situ aku banyak belajar sebelum aku mengoreksi seseorang aku selalu menelitih diriku terlebih dullu.
Harus sabar jika ini adalah hidupku. Dari situ aku banyak belajar sebelum aku mengoreksi seseorang aku selalu menelitih diriku terlebih dullu.
Aku tahu bukan diriku yang harus dimengerti oleh orang lain
Tapi akulah yang harus memahami orang lain.
Tapi akulah yang harus memahami orang lain.
**semoga pembaca tidak bosan deh## terus## ikuti selanjutnya..
Perjalananhidup17blogspot. Com
Comments
Post a Comment